SEJARAH CAVING

Menurut catatan, John Beaumont, seorang ahli bedah dari Somerset, Inggris, yang juga dikenal sebagai ahli pertambangan dan geologi amatir, sebagai orang yang pertama menuruni sumuran (potholing) pada tahun 1674. Dia menuruni sumuran sedalam 20 meter dan menemukan ruangan sepanjang 20 meter, lebar 3 meter dan ketinggian plafon 10 meter, dengan menggunakan penerangan lilin.

Menurut catatan Beaumont merangkak sejauh 100 meter dan menemukan jurang (internal pitch). Ia mengikat pada tali di tubuhnya dan minta diulur sedalam 25 meter dan mengukur ruangan dalam gua tersebut. Ia melaporkan penemuan ini ke Royal Society, lembaga pengetahuan Inggris.

Kemudian Johann Valsavor dari Slovenia, mendiskripsikan gua-gua antara tahun1670-1680. Tak kurang dari 70 gua, dia membuat peta dan menerbitkannya. Semenjak munculnya publikasi mengenai gua, semakin banyaklah orang memasuki gua.

Sekalipun sejak abad ke-17 orang sudah mulai menjadikan gua sebagai obyek petualangan dan hanya pada kalangan terbatas, baru pada abad ke-19, muncul resmi ilmu speleologi atas jasa Edouard Alfred Martel. Dia menciptakan metode penuh disiplin dan tertib, mengubah tata cara penelusuran gua sebelumnya dengan menstandarkan perlengkapan dan bekal yang harus dibawa.

Sewaktu kecil dia sudah mengunjungi gua Hahn di Belgia dengan ayahnya seorang ahli paleontologi, kemudian juga mengunjungi gua di Pyrreneenne di Swiss dan Italia. Pada tahun 1888 dia mulai mengenalkan penelusuran gua dengan menggunakan peralatan, pada seiap musim panas dia dan teman-temannya mengunjungi gua-gua dengan membawa dua gerobak penuh peralatan dan bahan makanan serta alat fotografi. Dia juga membuat pakaian berkantung banyak yang sekarang disebut coverall. Kantung ini diisi dengan peluit, batangan magnesium, 6 lilin besar, korek api, batu api, martil.

Tahun 1889 ia berhasil menjejakkan kakinya di kedalaman 233 meter di sumuran Ranabel, Perancis. Tidak berlebihan memang jika dia kini diakui sebagai “bapak speleologi”. Kemudian bermunculannya penelusur gua dan ahli speleologi lain yang terkemuka seperti Fournier, Jannel, Biret, Gaupilat dan masih banyak lagi. Baru ketika Perang Dunia I usai, muncul Robert de Joly dan Norbert Casteret yang kalibernya mampu mengimbangi Martel.

De Joly memulai kiprahnya berdasarkan pengalamannya sewaktu berdinas di Angkatan Udara. Ia menciptakan alat-alat yang terbuat dari Allumunium Alloy, logam campuran yang juga dipergunakan pada badan pesawat. Norbert Castere, adalah orang yang tercatat pertama kali melakukan cave diving di tahun 1922. Bukunya yang berjudul “My Cave” dan “Ten Years Underground” mengilhami para ahli speleologi sesudahnya. Karena itulah negara Perancis dianggap sebagai kiblat dari ilmu speleologi.

 

LAHIRNYA SPELEOLOGI DI INDONESIA

Di Indonesia Spelelologi relatif tergolong suatu ilmu yang baru. Speleologi baru berkembang sekitar tahun 1980, dengan berdirinya sebuah club yang bernamaSPECAVINA yang didirikan oleh Norman Edwin (alm.) dan RKT KO. Namun karena adanya perbedaan prinsip, maka terpecah dan masing-masing mendirikan perhimpunan:

1. Norman Edwin (alm.) mendirikan club yang diberi nama GARBA BUMI

2. RKT KO mendirikan HIKESPI pada tahun 1984

Pada tahun-tahun tersebut berdiri pula club-club speleologi di Indonesia seperti ASC (Yogyakarta), SSS (Surabaya), DSC (Bali), Scala (Malang),dll.

Ditahun 1992 di Yogyakarta dibentuk suatu forum tukar menukar ilmu dan informasi mengenai kegiatan penelusuran gua, yang disebut Arisan Caving Yogyakarta.