Media Pembibitan “Biodegradable Polybag Kulit Kakao” Yang Ramah Lingkungan Dan Zero Waste
Oleh : Anam Ismi
Kakao (Theobroma cacao) merupakan komoditas tanaman perkebunan yang banyak dibudidayakan di Indonesia dan berasal dari Amerika Serikat. Tanaman kakao termasuk tanaman dikotil dan tergolong ke dalam suku malvaceae (kapaskapasan). Bunga tanaman kakao tumbuh langsung dari batangnya, sehingga dalam pembudidayaan kakao sering dilakukan pemangkasan yang bertujuan untuk memperbanyak cabang produktif. Buah tanaman kakao memiliki kulit tebal dan keras yang di dalamnya terdapat banyak biji serta dilapisi oleh lendir atau lebih dikenal dengan Pulpa. Dalam proses pembungaan dan pembuahan tanaman kakao tidak mengenal musim sehingga dapat dipanen secara terus menerus.
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kakao terbesar di dunia. Menurut Litbang Pertanian (2015), Indonesia adalah negara produsen kakao terbesar ketiga di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana dengan produksi 777.500 ton dari luas areal mencapai 1.774.500 ha. Angka tersebut menunjukkan bahwa sekitar 0,9% dari luas Indonesia adalah areal perkebunan kakao. Tanaman kakao tersebar hampir ke seluruh wilayah di Indonesia. Berdasarkan statistik dari Direktorat Jendral Perkebunan (2016), daerah yang menempati posisi teratas dalam produksi kakao di Indonesia adalah Sulawesi yaitu dengan luas lahan perkebunan kakao mencapai 979.116 ha dan produksi 433.306 ton.
Tingginya angka produksi kakao di Indonesia akan berkorelasi dengan limbah yang dihasilkan tanaman. Limbah tanaman kakao sebagian besar dihasilkan oleh buah. Buah kakao yang dimanfaatkan oleh masyarakat adalah bagian biji sebagai bahan baku dalam pembuatan coklat, sedangkan yang menjadi limbah adalah kulit kakao. Haryati & Hardjosuwito (1984) melaporkan bahwa perbandingan antara bagian biji, kulit buah dan pulpa segar masing-masing adalah 24:74:2. Limbah kulit kakao sampai saat ini belum dioptimalisasikan dengan baik, terutama di kalangan perkebunan masyarakat. Pemanfaatan limbah kulit kakao hanya terbatas pada pakan ternak, itu pun dinilai masih kurang dalam pengembangannya. Hal ini lah yang menjadikan kulit kakao masih banyak belum termanfaatkan. Di perkebunan masyarakat, limbah kulit kakao biasa ditemukan di pekarangan perkebunan, bertumpuk hingga membusuk.
Limbah Kulit Kakao
Sumber:bbihp.kemenperin.go.id
Menimbang permasalahan limbah kulit kakao tersebut maka kami menawarkan alternatif optimalisasi pemanfaatan kulit kakao sebagai media tanam atau wadah pembibitan tanaman yang selanjutnya disebut dengan Biodegradable Polybag menggunakan kulit kakao.
Tahap pembibitan merupakan salah satu hal penting dalam budidaya tanaman hortikultura. Pembibitan dilakukan bertujuan untuk menghasilkan bibit yang berkualitas baik (Hamid dan Haryanto, 2013). Wadah pembibitan disesuaikan dengan tanaman yang ingin ditanam. Berbagai macam wadah pembibitan yang praktis dan mudah namun dapat berdampak negatif bagi lingkungan. Penggunaan wadah pembibitan yang terbuat dari bahan anorganik seperti plastik menjadi masalah karena dapat mencemari lingkungan. Bahan anorganik seperti plastik membutuhkan waktu yang lama untuk terurai dengan sempurna. Jonoadji & Siahaan (2013) menyatakan bahwa limbah plastik membutuhkan waktu hingga 1000 tahun agar dapat terurai dengan sendirinya di tanah. Selain itu, penggunaan wadah plastik dapat merusak perakaran tanaman saat transplanting (pemindahan tanaman ke lahan).
Pemanfaatan limbah kulit kakao memiliki peluang besar agar menjadi sesuatu yang bemanfaat. Konsep pemanfaatan limbah dari tanaman dalam upaya budidaya tanaman itu sendiri penting dilakukan dalam usaha tani. Selain terdiri atas materi organik, limbah dari tanaman juga berpeluang sebagai penyedia hara yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman budidaya.
Inovasi Biodegradable Polybag menggunakan kulit kakao yang berasal dari limbah usaha tani dapat dijadikan sebagai salah satu solusi dalam mengatasi besarnya limbah kulit kakao yang belum termanfaatkan. Biodegradable Polybag menggunakan kulit kakao dapat dimanfaatkan dalam kegiatan pembibitan tanaman hortikultura sayuran. Dengan pemanfaatan limbah kulit kakao dalam kegiatan pembibitan tanaman hortikultura sayuran dapat meminimalisir limbah yang dihasilkan oleh kakao. Kulit kakao sebagai polybag tidak menyisakan limbah ketika proses transplanting. Hal ini disebabkan karena kulit kakao merupakan limbah yang bersifat Biodegradable artinya limbah tersebut berasal dari bahan organik yang mudah terurai di tanah sehingga saat transplanting tanaman dapat ditanam beserta kulit kakao tersebut.
Potensi limbah kulit kakao sebagai Biodegradable Polybag dalam pembibitan dan penyemaian tanaman hortikultura sayuran sangatlah signifikan, mengingat tingginya angka produksi kakao di Indonesia yang berkorelasi terhadap limbah yang dihasilkan. Untuk itu, meskipun kulit kakao merupakan bahan organik, akan tapi jika tidak termanfaatkan maka dapat menyebabkan pencemaran akibat tidak adanya tindakan lanjut terhadap limbah tersebut. Sehingga limbah-limbah kulit kakao yang tidak termanfaatkan tadi akan menjadi sampah.
Zero Waste merupakan usaha pemanfaatan limbah menjadi barang yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari manusia dalam upaya mewujudkan bebas sampah. Pemanfaatan limbah kulit kakao sebagai media pembibitan tanaman hortikultura sayuran dapat meminimalisir sampah akibat adanya kegiatan usaha tani karena memiliki konsep Reduce, Recycle, dan Repair. Reduce diartikan sebagai upaya dalam mengurangi sampah yang dihasilkan dalam usaha tani yang dapat merusak lingkungan. Biodegradable Polybag dari limbah kulit kakao sebagai konsep Reduce dapat mengurangi sampah yang dihasilkan dalam usaha tani karena polybag plastik yang tidak ramah lingkungan dapat diminimalisir dalam penggunaannya sekaligus mengurangi limbah utama yang dihasilkan dalam perkebunan kakao. Biodegradable Polybag dari limbah kulit kakao sebagai Recyle merupakan upaya pemanfaatan (daur ulang) kembali limbah utama yang dihasilkan dari perkebunan kakao. Sehingga konsep utama dari Zero Waste dapat dapat diwujudkan, khususnya bagi perkebunan kakao. Sedangkan Biodegradable Polybag dari limbah kulit kakao sebagai Repair memiliki arti bahwa kulit kakao yang dijadikan sebagai polybag dapat memperbaiki kondisi tanah yang digunakan dalam usaha tani. Hal ini dapat terjadi karena kulit kakao merupakan bahan organik yang dapat menyuburkan tanah, di dalamnya terkandung hara dan senyawa penting lainnya yang dapat mengembalikan bahan organik tanah serta dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Skema konsep Biodegradable Polybag dari limbah kulit kakao sebagai Reduce, Recycle dan Repair yang ramah lingkungan dan zero waste
Kulit buah kakao mengandung protein 9,69%, glukosa 1,16%, sukrosa 0,18%, pektin 5,30%, dan Theobromin 0,20% (Opeke, 1984) dalam (Sudirja dkk, 2005). Hasil karakterisasi unsur hara makro dan mikro kompos kulit buah kakao mengunakan Biodekomposer EM-4 baik kontrol maupun perlakuan mengandung kadar air: 73,19 dan 76,55%; N-total: 1,36 dan 1,32%; C-organik: 29,59 dan 27,43%; rasio C/N: 21,79 dan 20,98; fosfor: 0,413 dan 0,390%; besi: 0,035 dan 0,033%; mangan: 0,012 dan 0,009%; magnesium: 0,974 dan 0,962%; kalium: 7,908 dan 8,102%: kalsium: 0,680 dan 0,810% (Yani, 2017). Berdasarkan penelitian pupuk kompos limbah kulit kakao berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman sayuran Terubuk (Saccharum edule Hasskarl) (Chaniago & Lamusu, 2018), Mentimun (Cucumis sativus L.) (Idris & Rosnina, 2016), Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) pada tanah Inseptisol (Tambak dkk, 2013) dan Cabai Merah (Capsicum annuum L) (Rahmi, 2014).
Teknik pembibitan tanaman hortikultura sayuran menggunakan limbah kulit kakao sangatlah sederhana. Buah kakao berbentuk lonjong dan jika dibelah akan membentuk seperti mangkok atau cangkir. Struktur kulit kakao yang keras menjadikannya cocok sebagai media pembibitan tanaman hortikultura sayuran.
Adapun cara pembibitan tanaman hortikultura sayuran menggunakan Biodegradable Polybag dari limbah kulit kakao, yaitu:
- Siapkan buah kakao yang sudah Buah kakao yang sudah matang biasanya dicirikan dengan warna kulit yang mulai menguning.
- Jika biasanya masyarakat membelah buah kakao untuk meperoleh biji menggunakan alat pemukul sehingga hasil belahan tidak terbentuk dengan rapi, maka dalam pemanfaatan limbah kulit kakao sebagai polybag kulit dibelah menggunakan parang. Pembelahan menggunakan parang ini bertujuan agar kulit kakao terbentuk dengan rapi dan bisa digunakan untuk
- Buah kakao yang memiliki ukuran besar, dapat dijadikan sebanyak 2 buah polybag dalam satu Sedangkan buah kakao dengan ukuran kecil, hanya dapat dijadikan sebanyak satu buah polybag.
- Porong bagian ujung bawah dan lubangi polybag dari kulit kakao agar air dapat keluar dari polybag sehingga air tidak tertampung dalam polybag yang dapat menghambat pertumbuhan
- Masukkan media tanam berupa Tanah, Bahan Organik dan Pasir dengan perbandingan masing-masing 1:1:1.
6. Susun polybag dari kulit kakao di atas tanah dan pembibitan siap dilaksanakan.
Buah Tamaman Kakao
Sumber:www.pertanianku.com
Simpulan:
Kakao merupakan tanaman perkebunan yang banyak di budidayakan di Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kakao terbesar di dunia, yaitu berada pada urutan ketiga setelah Pantai Gading dan Ghana. Tingginya produksi kakao di Indonesia akan berkorelasi terhadap limbah yang dihasilkan. Limbah utama dari kakao adalah kulit buah. Pada keadaan segar, limbah kulit kakao jauh lebih berat dibandingkan dengan biji dan pulpa. Untuk mengatasi tingginya limbah kulit kakao yang dihasilkan, inovasi Biodegradable Polybag dari kulit kakao menjadi solusi yang ditawarkan. Selain itu, pemanfaatan kulit kakao sebagai Biodegradable Polybag dapat meminimalisirkan penggunaan polybag plastik yang dapat mencemari lingkungan serta dapat juga mengurangi limbah yang dihasilkan kakao. Bahkan, penggunaan kulit kakao sebagai Biodegradable Polybag tidak merusak perakaran tanaman karena saat transplanting kulit kakao ditanam bersama bibit, berbeda dengan polybag plastik yang harus dilepas sebelum transplanting.
Pemanfaatan kulit kakao sebagai Biodegradable Polybag dapat dilaksanakan pada tanaman hortikultura sayuran. Kandungan hara serta senyawa lainnya di dalam kulit kakao dapat memperbaiki kondisi tanah. Kulit kakao yang merupakan bahan organik dapat terdekomposisi dengan sempurna dan membentuk kompos setelah ditanam di dalam tanah bersama bibit. Setelah terdekomposisi inilah harahara yang dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman akan tersedia. Dalam beberapa penelitian kompos dari limbah kulit kakao dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan berbagai tanaman sayuran. Pembibitan tanaman hortikultura sayuran menggunakan kulit kakao tidaklah sulit, yang harus dilakukan adalah membelah buah kakao sehingga bentuk kulit kakao akan seperti mangkok/ cangkir, setelah itu kulit kakao dapat dijadikan sebagai polybag.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Litbang Pertanian. 2015. Indonesia Berpeluangmenjadi Penghasil Kopidan Kakao Terbesar Dunia. https://new.litbang.pertanian.go.id//infoaktual/2407/ [Diakses pada 10 Juli 2021].
Chaniago, Ramadhani., Lamusu, Darni. 2018. Aplikasi Kompos Limbah Kulit Buah Kakao dan Jarak Tanam Berbeda Terhadap Pertumbuhan Tanaman Terubuk (Saccharum edule Hasskarl). J. Solum Vol. XV No. 1, Januari 2018: 1-7. p-ISSN 1829-7994, e-ISSN 2356-0835.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2016. Statistik Perkebunan Indonesia 2015-2017. Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian; Jakarta.
Hamid, A dan Haryanto, M. 2013. Bertanam Cabai Hibrida untuk Industri. PT Agromedia.
Haryati T, Hardjosuwito B. 1984. Pemanfaatanlimbahcokelatsebagaibahandasar pembuatanpektin. J Menara Perkebunan.
Idris, Muh. Yusuf & Rosnina. 2016. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Mentimun(CucumissativusL.)padaBerbagaiLebarPiringandanDosisPupuk dariLimbahKulitBuahKakao.Vol. 4 No. 1.
Jonoadji, Ninuk. Siahaan, Ian Hardianto. 2013. Fluidsim Programmable Logic ControllerModuleuntukRancanganMesinPressHidrolikBotolPlastik. Seminar Nasional Teknik Mesin 9. 14 Agustus 2013, Surabaya.
Rahmi, Seutia. 2014. Manfaat Kompos Limbah Kulit Kakao Terhadap Pertumbuhan VegetatifTanamanCabaiMerah(CapsicumannuumL.). Skripsi. Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Syiah Kuala.
Sudirja, Rija., Solihin, Muhammad Amir., Rosniawaty, Santi. 2005. PengaruhKompos Kulit Buah Kakao dan Kascing Terhadap Perbaikan Beberapa Sifat Kimia FluventicEutrudepts. Lembaga Penelitian, Universitas Padjadjaran.
Tambak, Dyanne Gisella P., Siregar, Lutfhi Aziz Mahmud., Rosmayanti. 2013. Respon Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) dengan Pemberian Kompos Limbah Kakao pada Tanah Inseptisol. Jurnal Online Agroekoteknologi ISSN No. 2337-6597, Vol. 2 No. 1: 95-
102, Desember 2013.
Yani, Hikma. 2017. Kandungan Unsur Hara Makro dan Mikro Kompos Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao) Menggunakan Biodekomposer EM-4. Jurnal Agrotropika Hayati.
Biodata Penulis
Anam Ismi adalah nama pena dari Haerul Ismi. Ismi panggilan akrab penulis yang hobi membaca ini, merupakan putri sulung dari 2 bersaudara pasangan Ainul Yakin dan Rumiati. Penulis asal Lombok NTB ini, lahir pada 29 Maret 2001. Penulis pernah terdaftar sebagai siswa di SDN 2 Badrain, MTS Tarbiyatul Mustafid Narmada, MAN Tarbiyatul Mustafid Narmada, Kemudian saat ini melanjutkan studi pada program PGSD Universitas Mataram dan baru saja menempuh semester 5.
0 Comments