“Perdas” Menguak Emas Dibalik Limbah Ternak : Program Pelatihan dan Ketrampilan dalam Pengelolaan Limbah Kotoran Sapi

Oleh : Anita Salsa Billa

Sapi merupakan salah satu hewan yang banyak dipelihara oleh masyarakat sebagai hewan ternak. Karena fisiknya yang kuat, sapi sering dimanfaatkan petani sebagai alat untuk membajak sawah. Selain itu, sapi juga menghasilkan susu dan daging yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia. Tidak hanya susu dan dagingnya saja yang dapat dimanfaatkan, tetapi juga kotorannya yang dapat digunakan sebagai pupuk tanaman.

Dari tahun ke tahun permintaan daging sapi terus melonjak, hal ini dikarenakan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya protein hewani bagi tubuh. Menurut data Badan Pusat Statistik, populasi sapi di provinsi Jawa Tengah meningkat dari tahun 2019 sebanyak 1.786.932 ekor menjadi 1.800.662 ekor pada tahun 2020. Peningkatan jumlah sapi ini juga berdampak pada limbah kotoran yang dihasilkan. Semakin banyak jumlah sapi maka semakin banyak pula limbah yang dihasilkan.

Dalam sehari satu ekor sapi dapat menghasilkan limbah padat sebanyak 20-30 kg dan limbah cair sebanyak 100-150 liter (Saputro, Wijaya, and Wijayanti 2014). Apabila limbah kotoran sapi ini tidak dikelola dengan baik, maka akan menyebabkan kerusakan lingkungan dengan munculnya bau tidak sedap. Selain itu juga dapat memicu masalah pada aspek produksi, seperti menurunnya kualitas susu yang dihasilkan serta menimbulkan penyakit bagi manusia dan hewan tersebut. Untuk itu perlu adanya sistem pengelolaan limbah yang baik agar tidak menimbulkan kerusakan lingkungan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 18/1999 Jo.PP 85/1999, limbah didefinisikan sebagai sisa atau buangan dari suatu usaha dan atau kegiatan manusia. Jenis limbah terbagi menjadi dua, yaitu limbah berdasarkan jenis senyawanya dan limbah berdasarkan wujudnya. Limbah berdasarkan jenis senyawanya, yaitu ada limbah organik (limbah yang mudah terurai) dan limbah anorganik (tidak mudah terurai). Sedangkan limbah berdasarkan wujudnya, yaitu limbah cair, limbah padat, dan limbah gas. Berdasarkan senyawanya, limbah sapi termasuk dalam limbah organik karena mudah terurai. Namun berdasarkan wujudnya limbah sapi ini berwujud cair (berupa urine) dan berwujud padat (berupa kotorannya).

Limbah yang dihasilkan dari aktivitas ternak sapi mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi berbagai macam produk yang bermanfaat, contoh yang sederhana adalah memanfaatkan limbah peternakan menjadi pupuk organik (padat dan cair) atau mengolahnya menjadi biogas (Saputro, Wijaya, and Wijayanti 2014). Pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk organik sangat mendukung usaha pertanian tanaman. Namun dari sekian banyak kotoran ternak, banyak yang belum dimanfaatkan secara optimal, sebagian di antaranya terbuang begitu saja, sehingga sering merusak lingkungan yang akibatnya akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Padahal sebagian dari limbah kotoran sapi tersebut dapat diolah menjadi biogas.

Kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pengelolaan limbah yang tidak optimal ini masih menjadi permasalahan di masyarakat, terutama pada limbah kotoran ternak. Limbah kotoran ternak seringkali dianggap sebagai pembawa penyakit, karena baunya yang tidak sedap dan menjijikan. Namun hal itu tidak akan terjadi jika peternak dapat mengelolanya dengan baik dan memanfaatkannya sebagai sesuatu yang berguna.

Pengelolaan limbah sapi yang kurang optimal disebabkan oleh beberapa fakror, diantaranya adalah kurangnya pengetahuan, ketrampikan, biaya, serta alat dan bahan dalam mengelolanya. Selama ini peternak sapi khususanya yang dipedesaan, hanya membuang limbah ternaknya pada lubang galian tanah yang kemudian dibiarkan hingga menjadi tanah tanpa adanya pengolahan lebih lanjut. Hal inilah yang memicu terjadinya pencemaran lingkungan. Oleh sebab itu, perlu adanya upaya dalam pengelolaan limbah ternak.

Saat ini para peternak tengah melakukan berbagai upaya agar limbah ternaknya tidak mengganggu lingkungan sekitar. Mulai dari membuat galian tanah yang digunakan untuk membuang kotoran ternak dan menimbunnya kembali dengan tanah, hingga mengolahnya menjadi pupuk kandang. Namun, pada kenyataannya hal itu belum cukup untuk mengatasi pencemaran lingungan yang diakibatkan oleh limbah ternak. Untuk mengatasi pencemaran limbah ternak tidak bisa apabila hanya dilakukan oleh peternak saja. Perlua adanya dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan tenaga ahli.

Sebagai negara agraris sebagian besar penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai peternak, salah satunya yaitu sebagai peternak sapi. Ternak sapi menjadi salah satu usaha yang banyak diminati oleh masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat pedesaan. Di desa, ternak sapi lebih mudah dijalankan karena untuk mencari pakannya (rumput) dapat diperoleh di sekitaran sawah. Namun dibalik kemudahan dalam usaha ternak sapi didesa masih terdapat kekurangan, yaitu dalam hal pengelolaan limbahnya. Peternak yang tidak dapat mengelola limbah ternaknya dengan baik maka akan menimbulkan pencemaran lingkungan. Untuk itu perlu adanya solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu cara untuk mengatasi maslah pengelolaan limbah ternak sapi adalah melalui pemberian pelatihan ketrampilan tentang bagaimana teknik pembuatan pupuk organik dan biogas dari hewan ternak. Program ini disebut dengan Program Peternak Cerdas (Perdas) Menguak Emas Dibalik Limbah Ternak.

“Perdas” Menguak Emas Dibalik Limbah Ternak merupakan program pelatihan ketrampilan dan pendampingan tentang teknik mengolah limbah ternak khusnya sapi menjadi pupuk organik dan biogas sederhana. “Perdas” atau “Peternak Cerdas” merupakan suatu upaya untuk menciptakan peternak dan masyarakat Indonesia yang cerdas dalam mengelola limbah ternaknya, sehingga masalah pencemaran limbah dapat teratasi dan kelestarian lingkungan terus berjalan. Sedangkan makna dari Menguak Emas Dibalik Limbah Ternak merupakan kegiatan yang dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat (pupuk dan biogas) dari bahan yang tidak berguna (kotoran sapi). Sebenarnya program semacam ini telah banyak dilakukan dimasyarakat. Yang membedakan program “Perdas” Menguak Emas Dibalik Limbah Ternak dengan program lainnya, yaitu pada prosesnya. Program “Perdas” Menguak Emas Dibalik Limbah Ternak ini tidak hanya sekedar pemberian materi saja melainkan juga dengan praktik secara langsung.

Teknis pelaksanaan program program “Perdas” Menguak Emas Dibalik Limbah Ternak ini, yaitu dengan memberikan pelatihan kepada para peternak tentang bagaimana cara mengolah limbah sapi menjadi pupuk, dan biogas serta alat dan bahan yang dibutuhkan. Dalam kegiatan ini para peternak akan dibekali dengan buku panduan yang kemudian akan dijelaskan oleh tim pelaksana yang dibantu oleh Balai Pengkaji Teknologi Pertanian (BPTP) serta mahasiswa teknik lingkungan atau agroteknologi dan dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Agar mudah dipahami masyarakat tentang bagaimana cara pengelolaan limbah tersebut, dalam kegiatan ini lebih mengutamakan praktik langsung dengan harapan masyarakat atau peternak mudah memahaminya.

Program “Perdas” Menguak Emas Dibalik Limbah Ternak ini memiliki banyak manfaat. Selain memberikan pengetahuan dalam mengelola limbah sapi yang baik dan benar, program ini juga memberikan ketrampilan cara mengelola limbah sapi menjadi pupuk dan biogas yang dapat digunakan masyarakat sekiranya, atau bahkan bisa menjadi ladang penghasilan baru. Program “Perdas” Menguak Emas Dibalik Limbah Ternak dapat dijadikan solusi dalam mengatasi masalah pencemaran lingkungan akibat pengolahan limbah ternak yang tidak optimal. Hal ini dapat memberikan kesadaran terhadap masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan hidup.

Program yang baik adalah program yang dapat diterima oleh masyarakat luas, khususnya pada sasaran target serta dapat berjalan secara berkesinambungan. Oleh sebab itu, diperlukan kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak untuk menciptakan program “Perdas” Menguak Emas Dibalik Limbah Ternak yang baik. Jika dilihat dari segi kemudahan dan kesederhanaannya, program ini akan dilengkapi dengan buku panduan yang dapat digunakan sebagai pegangan masyarakat dalam mengelola limbah ternak. Namun jika dilihat dari praktiknya, program ini memerlukan alat dan bahan. Peralatan yang diperlukan diantaranya, yaitu cangkul, timbangan, garpu, ember, terpal, dan bak reaktor. Kemudian bahan yang diperlukan diantaranya, yaitu kotoran sapi dan OrgaDec sebagai biodekomposer. Untuk perbandingan bahannya yaitu 1 bagian OrgaDec banding 200 bagian kotoran ternak (Saputro, Wijaya, and Wijayanti 2014). Oleh sebab itu, perlu dukungan dari pemerintah dalam hal pembiayaan, pelatihan petugas, maupun pendampingan terkait implementasi program ini dilapangan, sehingga tujuan dari program ini dapat terwujud sesuai harapan, yaitu menjaga dan melestarikan lingkungan hidup dengan mengoptimalkan pengelolaan limbah ternak. Dukungan dari pihak lain, seperti tenaga ahli dari Balai Pengkaji Teknologi Pertanian (BPTP), Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), masyarakat, peternak, dan mahasiswa juga diperlukan, sehingga program ini dapat berjalan dengan efektif dan berkesinambungan. Hal ini dikarenakan pihak yang bertanggung jawab dalam menjaga dan melestarikan lingkungan tidak hanya pemerintah, namun semua manusia di bumi.

Pembuatan pupuk kompos dalam program “Perdas” Menguak Emas Dibalik Limbah Ternak ini menggunakan biodekomposer OrgaDec.
“OrgaDec (Organic Decomposer) merupakan bioaktivator pengomposan dengan bahan mikroba asli Indonesia yang diproduksi LRPI (Lembaga Riset Perkebunan Indonesia). OrgaDec berbahan aktif Trichoderma pseudokoningii dan Cytophaga memiliki kemampuan menghancurkan bahan organik mentah dalam waktu relatif singkat dan bersifat antagonis terhadap beberapa penyakit akar. Tujuan pengomposan adalah (a) mempercepat proses pengomposan kotoran ternak sehingga dapat lebih cepat digunakan, (b) kompos organik yang dihasilkan berkualitas lebih tinggi (bebas biji gulma dan bebas bau tidak sedap).” (Saputro, Wijaya, and Wijayanti 2014)
Proses pengomposan dengan bahan OrgaDec ini memerlukan waktu 14 – 21 hari dengan naiknya suhu mencapai 70% yang kemudian akan turun secara berangsur-angsur. Selain mengajarkan cara membuat pupuk, program ini juga memberikan pelatihan cara membuat biogas. Reaktor biogas yang digunakan, yaitu bak tandon air yang terbuat dari fiber. Bahan fiber lebih awet dan tahan lama serta tidak mudah bocor dan berkarat.

Program “Perdas” Menguak Emas Dibalik Limbah Ternak ini memiliki banyak manfaat serta potensial untuk diimplementasikan dalam rangka menjaga dan melestarikan lingkungan hidup. Program pelatihan dan ketrampilan dalam mengelola limbah sapi ini dapat mengatasi masalah pencemaran lingungan akibat dari pengolahan limbah ternak yang tidak optimal. Kerjasama dari berbagai pihak, terutama pemerintah, sangat diperlukan dalam mencapai tujuan dari program “Perdas” Menguak Emas Dibalik Limbah Ternak ini. Apabila program ini berjalan dengan baik dan mencapai tujuan yang diharrapkan, maka permasalahan lingkungan tentang pencemaran limbah ternak dapat diatasi dan pelestarian lingkungan dapat terus berjalan.

 

DAFTAR PUSTAKA

Saputro, Danang Dwi, Burhan Rubai Wijaya, and Yuni Wijayanti. 2014. “Pengelolaan Limbah Peternakan Sapi Untuk Meningkatkan Kapasitas Produksi Pada Kelompok Ternak Patra Sutera.” Rekayasa 12 (2): 91–98. https://doi.org/10.15294/rekayasa.v12i2.10124.

https://www.bps.go.id/indicator/24/469/1/populasi-sapi-potong-menurut-provinsi.html, diunduh pada (15 Juli 2021)

 

Biodata Penulis

Anita Salsa Billa merupakan perempuan kelahiran Kudus, 09 Mei 2001. Ia merupakan mahasiswi S1 Tadris Matematika IAIN Kudus. Hobinya yaitu melukis. Barkat hobinya, ia pernah juara lomba Kaligrafi. Anita juga aktif di organisasi kampus, seperti HMPS dan UKM. Untuk lebih mengenalnya bisa melalui akun instagramnya @anita.billa atau WA 085747853924.


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published.