Puisi – Sumpah Anak-Anak Kalaodi dan Keramat paling Hijau – Putri Brilliany

“Sumpah Anak-Anak Kalaodi dan Keramat paling Hijau”  Karya Putri Brilliany

barangkali kita

luput melontarkan tanya, pada mereka:

“bagaimana cara menjaga ibu bumi dan air serta pohon-pohon?”

tujuh lelaki lima perempuan berbaju putih keluar dari rumah suwohi(*)

kaki-kaki terlampau hafal mengasihi alam itu berjalan ke Goya

pada hari hening di bukit, doa-doa purba melangit.

sebab kita

tiada mengetahui, bagi mereka:

“siapa pun merusak alam kelak dirusak oleh alam.”

ritus itu menatah sumpahnya di masing-masing dada anak Kalaodi read more

Puisi – Masa Tuan-Nyonya – Nabilah Nur Hamidah

“Masa Tuan – Nyonya” Karya Nabilah Nur Hamidah

di istana.

piring-piring emas bertepuk tangan. sendok-garpu memukuli piring-piring itu, menyuruhnya diam. saat orang-orang hendak berkumpul dengan penuh kehormatan, rumput teki di pekarangan belakang mengaduh kesakitan dan sampah dipulangkan ke kampung halamannya. dokter hewan bersiap cuti; tak ada pasien yang sesak napas, juga keracunan. ahli pertanian hendak beristirahat; tak ada hama, tak ada pestisida, sebab panen baru saja tuntas. read more

Puisi – Juang Untuk Jenggala – Sri Najiha

“Juang Untuk Jenggala” Karya Sri Najiha

Akan ada anak kecil menyanyikan elegi yang sama

dengan nada saat jenggala-jenggala meregang nyawa

di Manggarai, Bintan, dan sekujur bekas luka pertiwi.

Dan kelak di Sangihe, akan ada anak kecil menangisi cerita lama,

di pemakaman bapak-ibu dan kerabatnya,

sementara-air matanya ialah embun terakhir, sebelum-gersang dan abu menjadi baju

para penghuni bekas galian tambang:  tunggul dan lubang-lubang.

Akan terjadi lagi. Satu keluarga mati dibakar dipenggal. Kita di serambi mengeluh panas. read more

Puisi – Merawat Puisi – Fadhil Sekennies

“Merawat Puisi” Karya Fadhil Sekennies

alkisah, berjalanlah aku di ladang sunyi. saat kembang-kembang kata memekar

di kedalaman puisi. imaji menjalar. serupa ayah membasuh peluh sabar,

mencangkul nasibku di antara ayun tangkai mata cangkulnya.

di hadapan rimbun rindu, ibu mengurai masa laluku satu persatu. berkali-kali

ia bangunkan matahari. serupa pekerja kantoran, rajin membuat pabrik

makanan, juga mencipta ragam produk minuman.

di tangannya, ibu kepal banyak hal. tak ubahnya kamus besar masa depan. read more

Puisi – Menabur Renjana; Melestari-Lingkungan Kita – Dzikron Rachmadi

“Menabur Renjana; Melestari-Lingkungan Kita” Karya Dzikron Rachmadi

Perihal tanah-tanah yang telah lama terjamah oleh jari-jemari tak ramah, terjamah tangan-tangan serakah; padanya kita tabur benih-benih renjana: untaian semai rasa dari dalam relung dada.

Tersebab kini lelangit tengah bermuka masam, menitiskan tirta keruh asam, dari asap-asap cerobong yang merobek tajam bentang dingin lapisan ozon; membawa bernas angin-angin panas, meranggas pada tanah-tanah berparas cadas.

Sehingga kini bumi kian saja terpanggang-seiring getir luka dalam ringkih dada kian meradang. read more

Puisi – Swasa Agrapana – Tyara Naditar

Swasa Agrapana “ Karya Tyara Naditar

Buana asri bertabur swasa

Terbentang luas hingga bumantara sahaja

Indah dipandang kalap dirasa

Menjadi rebutan para insan dewana

Pembalakan kian gencar dipecut

Diperas hasilnya demi kemaslahatan umat

Menggusur paksa pribumi dari peraduannya

Binasalah sudah belantara raya

Wajah hijau perlahan berganti abu

Menyisakan raungan yang kian menderu

Entah dari air bah yang kerap bertamu

Atau kabut hitam yang mengungkung semu

Hingga lahir keberanian dari jari mungil anak bangsa read more